Kamis, 25 Juni 2009

Teknologi Informasi, Inovasi bagi Dunia Pendidikan


I. TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN DI INDONESIA

A. Dunia Pendidikan Konvensional Indonesia

Secara umum Dunia Pendidikan memang belum pernah benar-benar menjadi wacana yang publik di Indonesia, dalam arti dibicarakan secara luas oleh berbagai kalangan baik yang bersentuhan langsung maupun tidak langsung dengan urusan pendidikan. Namun demikian, bukan berarti bahwa permasalahan ini tidak pernah menjadi perhatian.

Upaya-upaya peningkatan kualitas mutu serta kuantitas yang membawa nama pendidikan telah dilakukan oleh pihak pemerintah, walau sampai saat ini kita belum melihat hasil dari usaha tersebut. Apabila kita melihat dari sudut pandang nasional atau alias yang umum-umum saja jadi marilah kita lihat apa yang dilakukan oleh pemerintah. Usaha yang dilakukan oleh pemerintah biasanya bersifat konstitusional demi mendapatkan lulusan dari sekolah yang kompetitif dan siap bersaing secara global, semisalkan dengan menetapkan angka batas minimal kelulusan UAN dengan nilai sebesar 4,00 dengan tidak digabung dengan poin pada ujian praktek ditambah lagi tanpa ujian praktek. Pada hal ini bukannya kita menemukan pemerintah berusaha untuk memperbaiki mutu pendidikan melainkan nampak sepertinya pemerintah hendak menjegal generasi kita.

Apabila kita amati dengan seksama, apa sebenarnya yang menjadi inti permasalahan pada dunia pendidikan, mungkin jauh lebih sulit dari menggantang asap. Berbagai hal dapat saja dipersalahkan sebagai pokok masalah yang menghambat kemajuan dunia pendidikan di Indonesia. Namun demikian, yang jelas-jelas dapat kita temukan sebagai suatu kecacatan ialah proses belajar mengajar konvensional yang mengandalkan tatap muka antara guru dan murid, dosen dengan mahasiswa, pelatih dengan peserta latihan, bagaimanapun merupakan sasaran empuk yang paling mudah menjadi sasaran bagi suara-suara kritis yang menghendaki peningkatan kualitas pada dunia pendidikan.

Ketidakefektifan adalah kata yang paling cocok untTuk sistem ini, sebab seiring dengan perkembangan zaman, pertukaran informasi menjadi semakin cepat dan instan, namun institut yang masih menggunakan sistem tradisional ini mengajar (di jenjang sekolah tinggi kita anggap memberikan informasi) dengan sangat lambat dan tidak seiring dengan perkembangan IT. Sistem konvensional ini seharusnya sudah ditinggalkan sejak ditemukannya media komunikasi multimedia. Karena sifat Internet yang dapat dihubungi setiap saat, artinya siswa dapat memanfaatkan program-program pendidikan yang disediakan di jaringan Internet kapan saja sesuai dengan waktu luang mereka sehingga kendala ruang dan waktu yang mereka hadapi untuk mencari sumber belajar dapat teratasi. Dengan perkembangan pesat di bidang teknologi telekomunikasi, multimedia, dan informasi; mendengarkan ceramah, mencatat di atas kertas sudah tentu ketinggalan jaman.


Motavasi Dalam Dunia Pendidikan

Motivasi adalah suatu cara yang menjelaskan bagaimana orang menanggapi suatu keadaan, bagaimana mereka secara langsung berperilaku atau bertingkah laku dalam menanggapi sebuah kejadian, dan bagaimana mereka mengkondisikan dalam waktu yang lama ( Ball, 1982 dalam Kennett, 1999 ). Sedangkan menurut Suryabrata, 2004 motivasi adalah keadaan dalam pribadi orang yang mendorong individu untuk melakukan aktivitas – aktivitas tertentu guna mencapai tujuan. Motivasi bukanlah hal yang dapat diamati, tetapi adalah hal yang dapat disimpulkan adanya karena sesuatu yang dapat kita saksikan. Tiap aktivitas yang dilakukan oleh seseorang itu di dorong oleh sesuatu kekuatan dalam diri orang itu, kekuatan pendorong inilah yang kita sebut sebagai motivasi. Dengan kata lain motivasi akan memutuskan mengapa seorang individu menjadi tertarik dan bereaksi terhadap berbagai kejadian yang berbeda dan mendapatkan perhatian ( Kennet, 1999 ).

Dalam memberikan keputusan sebagai seorang guru, kita harus dapat dengan cepat memberikan motivasi untuk anak didik kita. Motivasi pada dasarnya adalah seperi menemukan jawaban dari buku pedoman, kembali ke kelas, mengerjakan ujian, membersihkan ruang dalam rumah atau apartemen serta berada dalam suatu pesta. Adanya motivasi akan membantu siswa memfokuskan diri dalam belajar ( Pintrich and Garcia, 1992 dalam Kennett, 1999 ). Motivasi adalah salah satu karakteristik dari beberapa manusia yang mempengaruhi tingkah laku siswa dan motivasi umumnya berhubungan dengan siswa lain, termasuk keinginan terhadap pengetahuan, konsep individu dan nilai – nilai.

Motivasi adalah ketertarikan seorang siswa untuk belajar dan mengerjakan tugas serta materi akademik, sedangkan motivasi dalam kelas adalah suatu metode yang digunakan guru untuk memotivasi ( membuat siswa tertarik ) terhadap materi seperti memberikan pelajaran tambahan ( insentif ) untuk siswa agar mendapatkan nilai yang lebih baik. Ada beberapa teori dari motivasi, diantara ada tiga teori umum motivasi yaitu teori behaviorisme, teori kognitif dan teori humanistik. Diantara ketiga teori tersebut saling berhubungan dan akan dapat menambah pengetahuan kita tentang motivasi siswa ( Kennett, 1999 ).



Kendala Informasi Onine Dalam Dunia Pendidikan

Semakin banyaknya informasi digital yang tersedia secara online, memberikan efek positif bagi kegiatan bisnis, penelitian dan terutama pendidikan. Namun dalam prakteknya, sebenarnya masih banyak masalah yang dihadapi di Indonesia. Adapun masalah yang kerap dihadapi yaitu:
1. Sekuriti
Berbagai kelebihan data digital, di sisi lain juga dapat menjadi �bumerang� jika dimanfaatkan oleh orang yang tidak bertanggung jawab. Data digital dengan mudahnya dapat dicuri, dirusak atau dilenyapkan, atau bahkan disembunyikan atau diproteksi agar orang lain tidak bisa mengaksesnya lagi. Sedangkan masalah utama pemakai internet adalah keamanan data itu sendiri. Serangan virus, worm, trojan dan spamming mail merupakan ancaman pertama begitu kita online di internet. Virus dapat menghapus data yang kita miliki, merusak file penelitian dan mencuri informasi pribadi.

2. Hak Cipta
Tidak semua informasi digital yang ada di internet dapat begitu saja kita download. Ada aturan dan syarat-syarat mengenai hak cipta. Maka muncullah pembajakan dan pelanggaran hak cipta. Di Indonesia hal ini sepertinya sudah menjadi suatu budaya yang melekat, bahkan dalam badan pendidikan itu sendiri. Tulisan ilmiah yang dibuat online seringkali dijiplak oleh pihak lain tanpa seijin pemiliknya. Kalimat-kalimat pada suatu artikel dikutip tanpa menyebutkan referensi asalnya. Ada juga pihak tak bertanggung jawab yang memakai material di internet, tapi menghapus nama pengarangnya, atau sumber asli artikel tersebut. Seolah-olah artikel itu adalah karyanya sendiri. Hal-hal ini dapat dikategorikan kejahatan intelektual, dan merugikan penulis asli tulisan tersebut.
3. Kendala teknis untuk data yang hanya tersedia versi cetak
Untuk mendapatkan informasi atau jurnal pendidikan terbaru, mungkin kita tidak akan kesulitan. Namun, tidak semua jurnal tersedia dalam bentuk elektronik. Terutama untuk artikel yang diterbitkan sebelum tahun 1990, seringkali hanya tersedia versi cetak. Misalnya jurnal ilmiah IEEE Trans. On Pattern Analysis and Machine Intelligence (PAMI), jika dilihat di situs http://www.computer.org/tpami hanya menyediakan versi elektronik mulai tahun 1988. Artikel-artikel yang sudah tua juga masih tersedia dalam wujud �atom�, yaitu berupa kertas. Tapi dewasa ini, sudah banyak scanner yang mampu men-scan satu halaman dokumen dalam waktu kurang dari 1 detik, dan langsung dikonversikan ke format pdf.
4. Validitas Informasi
Informasi atau berbagai sumber literatur yang terdapat di internet sangat banyak dan beragam. Namun kita harus berhati-hati dan selektif dalam memilih informasi mengingat tidak semua informasi tersebut dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
5. Kurang Berkembangnya internet untuk pendidikan
Meskipun era digital dan internet telah dimulai sejak tahun 90-an lalu, namun di Indonesia justru yang berkembang pesat karenanya adalah bidang seperti bisnis dan hiburan. Berbeda dengan negara lain yang penggunaannya untuk pendidikan mencapai 50%. Hal ini membuktikan bahwa penggunaan dalam bidang pendidikan di negara kita belum maksimal.

6. Kurangnya Sarana dan Pengetahuan
Mungkin ini masih menjadi alasan dan masalah utama kurang optimalnya pemanfaatan internet untuk pendidikan di Indonesia. Untuk mengatasinya, pemerintah dan kita semua harus bekerja keras membangun dan melatih kemampuan kita baik sebagai guru/dosen maupun murid/mahasiswa.

Selain masalah tersebut masih banyak hal-hal lain yang perlu diperhatikan. Namun, jangan sampai kendala-kendala tersebut menjadi penghalang bagi kita untuk terus mengembangkan dunia pendidikan di Indonesia



UU BHP Bagi Dunia Pendidikan Kita


Aksi unjuk rasa yang berakhir ricuh memang sering mewarnai informasi yang diberikan oleh media saat ini. Bentrokan sempat terjadi dalam aksi demo lantaran mahasiswa menolak diberlakukannya UU Badan Hukum Pendidikan. Mereka mendesak pemerintah dan DPR untuk mencabut undang-undang tersebut karena dinilai tidak akan memajukan dunia pendidikan yang saat ini memang sudah terpuruk.

Mahalnya biaya pendidikan saat ini membuat banyak masyarakat semakin mempertimbangkan lagi pentingnya sebuah pendidikan. Undang-undang yang baru saja disahkan oleh pemerintah ternyata malah mengundang kontroversi. Banyak pihak yang tidak setuju dengan UU BHP ini. Karena pengesahan ini membuat biaya pendidikan semakin mahal dan tidak terakses oleh seluruh lapisan masyarakat.

Dalam UU ini, berisi otonomi yang diberikan oleh UU BHP harus dilandasi oleh prinsip-prinsip seperti nirlaba, akuntabilitas, transparan, jaminan mutu dan seterusnya yang memastikan tidak memperbolehkan bahkan mengharamkan adanya komersialisasi dalam BHP. Namun prinsip tersebut belum dapat direalisasikan, dan yang ada pada akhirnya BHP melegasisasi suatu kesempatan kepada satuan pendidikan untuk memberi peluang bagi calon mahasiswa berkapasitas intelegensia rendah untuk mengambil kursi mahasiswa lain yang berkualitas tinggi jika mampu memberi imbalan tertentu.

Dunia pendidikan bagi sebagian masyarakat kita masih mahal harganya, apalagi ditambah dengan adanya UU BHP ini. Memasuki bangku pendidikan tinggi di sebuah universitas ternyata juga tidak menjamin seseorang itu dapat meraih sukses dalam mencari pekerjaan. Pilihan universitas dan fakultas yang tidak melulu dinilai dari prestisiusnya, dan tak ada salahnya memilih fakultas kejuruan yang dapat mengasah kemampuan kita dalam bidang tertentu. Persaingan dalam dunia kerja tak selalu dinilai dari alumnus sebuah universitas negeri atau swasta terkemuka. Tapi lebih kepada kompetensi kita sebagai individu.

Karena itu, kita sebagai generasi muda haruslah lebih cerdas dalam memilih sebuah institusi pendidikan. Tak hanya bisa menyalahkan pemerintah saja, namun harus ada tindakan nyata dari generasi muda untuk dapat mewujudkan kehidupan pendidikan yang lebih baik.


Knowledge Management dan Dunia Pendidikan

12 Desember 2006 setelah subuh berangkat ke Universitas Padjajaran (Unpad), Bandung untuk mengisi seminar yang mengambil tema Implementasi Knowledge Management di Perguruan Tinggi. Alhamdulillah ada Udin yang memberi kesempatan saya bisa tidur di mobil karena dia yang pegang kemudi dari Bekasi sampai Bandung ;) Yang menarik bahwa acara seminar ini di dukung struktural Unpad, bahkan Rektor Unpad menyempatkan diri hadir untuk membuka acara. Tentu kita harus berterima kasih atas kerja keras mas Eddy Nurmanto sebagai penyelenggara dan provokator seminar sehingga bisa sukses seperti ini ;)

km-unpad2.jpgAcara diselenggarakan di Gedung Perpustakaan Pusat (CISRAL) Unpad, yang dipimpin oleh bu Nurpilihan. Konon kabarnya bu Nurpilihan ini adalah jago lobi dan networkingnya cukup baik, dibuktikan dengan beberapa inovasi mengembangkan CISRAL menjadi lebih modern dan dinamis. Jujur saja sudah ratusan seminar saya datangi, baru kali ini saya sangat enjoy dengan setting tempat seminar :) Posisi pembicara yang dekat dengan peserta, model tempat duduk ala talkshow dan layar presentasi di 3-4 posisi, sangat menyenangkan bagi saya. Mungkin ini karena saya punya kebiasaaan berbicara sambil berdiri dan jalan ke sana sini dan memaksimalkan image dan animasi di presentasi ;) Di seminar ini, saya tampil bersama pak A. Mukti Soma (AVP. Knowledge Management PT Telkom) yang membawakan materi bagaimana knowledge management di implementasikan di PT Telkom.

Sesuai hasil diskusi dengan panitia, saya membawakan materi yang mengenalkan secara mudah kepada masyarakat apa dan mengapa knowledge management (pengelolaan pengetahuan), apa masalah yang ada di implementasi knowledge management untuk dunia pendidikan, dan yang terakhir juga panitia minta saya untuk men-share pengembangan IlmuKomputer.Com sebagai implementasi knowledge management dan learning organization (organisasi pembelajar) yang cukup riil. Pertanyaan dan diskusi juga berlangsung cukup menarik dan konstruktif. Ini saya pikir karena peserta sangat beragam, ada yang mahasiswa, dosen, dan kalangan industri. Saking excitingnya saya sampai lupa bagi hadiah CD IlmuKomputer.Com yang biasa saya berikan kepada peserta yang aktif bertanya. Sampai di Jakarta baru ingat bawa kembali CD IlmuKomputer.Com :(

Di akhir acara, sempat ngobrol dengan beberapa wartawan dari Kompas, Pikiran Rakyat, Tribun, dsb. Belum ngerti dipublish atau tidak, paling tidak hasil searching saya ketemu:

  1. Minim, Penerapan Manajemen Pengetahuan Akademisi, Kompas Cybermedia, 12 Desember 2006
  2. Harian Kompas, Halaman G, Suplemen Jawa Barat, 13 Desember 2006

Materi bisa di download dari link ini. Seperti biasa banyak slide yang terpaksa saya delete untuk mengecilkan ukuran file. Silakan di download kalau ada yang tertarik.

ttd-small.jpg





Relevansi Pendidikan Tinggi dengan Kebutuhan Dunia Kerja Harapan dan Tantangan ... PDF Print E-mail
Friday, 06 March 2009
Oleh : Ahmad Seng, Dosen Fakultas Teknik Universitas Kahirun
Menghadapi abad ke 21 yang ditandai oleh libelarisasi perdagangan diperlukan upaya sungguh-sungguh untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) yang benar-benar siap menghadapi persaingan global yang makin terbuka.
Masalah besar kita adalah bagaimana mahasiswa kita tidak canggung saat akan memasuki dunia kerja? Suatu hal yang harus diantisipasi sedini mungkin adalah bagaimana dunia pendidikan mampu menciptakan tenaga kerja yang profesional. Hal ini penting karena tak lama lagi di berbagai industri yang menguasai adalah tenaga kerja dari luar negeri, bahkan dari negara tetangga kita yakni Malaysia, Singapura atau Filipina.

Menghadapi tantangan seperti itu, kita tidak cukup dengan hanya berbicara, berseminar, dan berkomentar dengan berbagai kegiatan belum pasti untuk diwujudkan atau bersikap memusuhi orang asing, tetapi kita justru harus berani melakukan inovasi dan bekerja sungguh-sungguh untuk mempersiapkan sumber daya manusia masa depan yang sudah terdidik untuk bersaing dalam dunia kerja, tidak hanya sebagai pekerja, tetapi juga sebagai wirausahawan (entrepreneurs). Sejalan dengan kebikjaksanaan pemerintah dalam hal ini Departemen Pendidikan Nasional, maka proses pendidikan di perguruan tinggi harus memperhatikan lingkungan dan kebutuhan dunia kerja khususnya dunia usaha dan dunia industri.

Dunia kerja pada masa mendatang akan menjaring secara selektif calon tenaga kerja yang benar-benar profesional pada bidangnya,.oleh karena itu salah satu tantangan utama bagi lulusan perguruan tinggi adalah mempersiapkan diri sebaik-baiknya sebelum memasuki dunia kerja. Upaya peningkatan SDM Khususnya dalam pendidikan tinggi adalah melalui program Co-Op (Co-Operative Education), RAPID (Riset Andalan Perguruan Tinggi dan Industri) dan Program Riset Unggulan lainya yang merupakan sarana penting bagi pengembangan diri dan kemampuan berwirausaha serta kemandirian secara profesionalisme bagi lulusannya.

Untuk menghadapi tuntutan tersebut, Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi telah menyatakan bahwa salah satu tujuan utama di bidang Pendidikan Tinggi untuk Pelita VI dan menyongsong tonggak-tonggak waktu tahun 2005 dan 2020 adalah; ”penataan sistem pendidikan tinggi agar lebih sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan pembangunan.”

Untuk membangun kemampuan kompetitif bangsa, harus dilaksanakan secara bersama-sama, konvergen dan sinergis dalam hal pengembangan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi bagi kesejahteraan bangsa. Komponen pemerintah, perguruan tinggi, dan industri harus bersama-sama menyatukan potensi dalam satu jaringan kerja yang setara dan sederajat untuk melakukan penelitian dan pengembangan secara terorganisir dan sistematik. Apalagi dalam era globalisasi saat ini Indonesia seperti negara berkembang lainnya dihadapkan pada tantangan munculnya persaingan bebas dalam perdagangan antar bangsa. Adanya persaingan bebas ini akan menyebabkan Indonesia “diserbu” atau diperhadapkan dengan berbagai macam produk dan teknologi baru dari negara lain.

Dalam kerangka upaya pencapaian daya saing industri, perguruan tinggi dapat berperan lebih dari sebatas penghasil teknologi, akan tetapi Perguruan tinggi dapat mengambil peran sebagai ‘agen perubahan,’ dan menjadi bagian penting dalam pelaksanaan pembangunan dan transformasi teknologi. Untuk bisa mengemban peran demikian, suatu jejaring relasi-relasi antara perguruan tinggi (academicians) dengan penyelenggara pemerintahan (government) dan para pelaku usaha (businessmen/women) perlu dikembangkan. Tujuan adalah; pertama; mewujudkan kerjasama sinerji berkelanjutan antara perguruan tinggi sebagai lembaga penelitian dan pemerintah serta dunia usaha melalui penyeimbangan kebutuhan pasar dan dorongan teknologi; kedua; mendorong berkembangnya sektor riil berbasiskan produk-produk hasil penelitian dan pengembangan dalam negeri sendiri untuk menumbuhkan kemandirian perekonomian bangsa; ketiga; menumbuhkembangkan budaya penelitian yang menghasilkan temuan prospektif dipasaran dan baik dikembangkan menjadi produk industrial yang dapat di produksi dan memberikan manfaat bagi masyarakat

Hal ini sangat penting kerena disadari, bahwa inovasi tidak terjadi dalam suatu area yang terisolasi dari lingkungannya, tetapi merupakan hasil dari interaksi diantara seluruh elemen-elemen dari sebuah sistem (inovasi). Sebuah sistem inovasi (baik berskala nasional maupun lokal), melampaui batas-batas dari sistem riset iptek yang formal, dan menjangkau berbagai elemen-elemen dari lingkungan usaha, sistem pendidikan dan pelatihan, sektor-sektor kebijakan publik, dan kondisi sosio-kultural. Elemen elemen kunci dalam sebuah sistem inovasi adalah institusi institusi dan proses institution building, yang mencakup; konteks regulasi, kaidah-kaidah, tradisi dan budaya, dinamika sosial, lintasan sejarah, keberagaman (diversitas) pelaku-pelaku.


Lowongan CPNS Tahun 2009

Bagi para pencari kerja khususnya yang mencari kerja pada Pegawai Negeri, ada kabar yang sangat menggemberikan karena pada tahun 2009 ini dibutuhkan 3 kali lipat dari pada tahun 2008, karena pada tahun 2008 sampai 2010 jumlah Pegawai Negeri yang telah sampai pada masa purna tugas atau Pensiun mencapai angka 20% dari jumlah keseluruhan PNS diIndonesia, maka untuk mengisi kekosongan itu Pemerintah pada tahun 2009 ini membutuhkan sekitar 900.000 CPNS, tapi sayangnya bagi yang hanya lulusan SMP tidak ada formasi pada tahun 2009, jadi yang dibutuhkan hanya lulusan mulai SLTA (SMA & SMK), S-1 dan S-2, formasi Guru/pendidikan menempati posisi pertama, keahlian di bidang Ekonomi di posisi berikutnya yang diikuti oleh tenaga kesehatan. untuk lebih detailnya berikut adalah daftar formasi dan jumlah yang dibutuhkan tiap-tiap departemen dan tiap-tiapPembkab serta Pemkot;

Departemen Agama
Departemen Dalam Negeri
Departemen Energi Dan Sumber Daya Mineral
Departemen Luar Negeri
Departemen Hukum Dan Hak Asasi Manusia
Departemen Kehutanan
Departemen Kesehatan
Departemen Keuangan
Departemen Kelautan Dan Perikanan
Departemen Kebudayaan Dan Pariwisata
Departemen Komunikasi Dan Informatika
Departemen Pekerjaan Umum
Departemen Perhubungan
Departemen Pendidikan Nasional
Departemen Perdagangan
Departemen Pertanian
Departemen Pertahanan
Departemen Perindustrian
Departemen Tenaga Kerja Dan Transmigrasi

2 Tabiat Dunia Kerja Yang Harus Anda Ketahui

Berikut ini adalah beberapa tabiat dunia kerja yg Anda harus tahu agar bisa menyiasatinya, khususnya bagi Anda2 yg baru mau terjun di dunia kerja. Beberapa darinya mungkin Anda ndak suka, atau bahkan tidak bersepakat dengannya. Apapun deh, nyatanya semua yang disampaikan di sini benar2 terjadi di dunia kerja.

1. Anda Pasti Akan Dibayar Seminimal Mungkin

Perlu teknik negosiasi gaji yg mantap untuk mendapatkan gaji yg diinginkan, karena dengan jabatan yg sama, gaji bisa beda jauh. Buat yg sudah kerja, ini tentu sudah jadi pengetahuan umum. Tapi bagi yg belum pernah bekerja, mereka pikir bukannya gaji di perusahaan udah ada standarnya. Mereka pada bertanya, “Kenapa kok bisa gitu?”

Pertama, perusahaan pikir masih ada banyak orang yg bersedia menggantikan posisi Anda jika memang Anda keberatan dengannya. Lalu bila Anda protes tentangnya, bisa2 harus ucap selamat tinggal pada promosi. Yg jelas secara mendasar biaya karyawan masuk di prosentase terbesar dari total biaya perusahaan. Komponen biaya ini biasanya dimonitor dalam berbagai pelaporan dan budgeting. Ini adl salah kunci penentu performa perusahaan. Semakin kecil biaya

mban1658l 4 Tabiat Dunia Kerja yg Anda Harus Tahu

Jadi gimana dong?
Jika Anda memang lebih butuh jaminan aman -kerja yg ‘mapan’- ketimbang gaji yg gede, ya silahkan menahan diri -ndak usah buru2 protes- dan baru ajukan permohonan Anda untuk naik gaji pada saat review tahunan.

Secara umum, Anda memang perlu membangun CV yg benar-benar berkilau dan berani proaktif. Proaktif dalam artian Anda perlu mengajukan diri untuk tangani project, ambil tanggung jawab lebih, keluarkan saran2 bermutu, sambil kadang2 menelan harga diri dan bersikap kompromis terhadap sikap/keputusan atasan.

2. Anda “Ndak Kan Bisa” Ndapetin Banyak Uang Slama Masih Kerja Buat Orang Lain

Ada berapa banyak sih jumlah manajer senior di tempat kerja Anda? Dan bagaimana juga di tempat lain? Rasionya paling2 berkisar antara 40:1 sampe 200:1. Seperti yg dikatakan oleh sangTuti, cuman sedikit saja karyawan yg bisa dapet 80 juta-an per bulan. Jadi bila Anda bisa dapatkan pendidikan, latar belakang, kemampuan, koneksi dan barangkali “keberuntungan” yg sama seperti mereka, itu lah yang akan mempertinggi peluang Anda untuk bisa dapatkan uang sebesar yg mereka dapat. Tapi bila Anda ndak punya salah satu apalagi beberapa darinya, peluang Anda pun jadi menurun tajam.

Jadi sekarang silahkan bertanya pada diri sendiri, mau nunggu sampai kapan sampe bisa ndapetin gaji seperti atasan2 Anda? Begitu sudah waktunya Anda dapet uang yang sama seperti mereka, jangan2 sudah keburu mau pensiun. Padahal Anda kan mau uangnya sekarang - pengen beli rumah, nyekolahkan anak, dst dst.

Jadi, apa yg bisa dilakukan?
Anda bisa terus bertahan dan “menunggu” hingga Anda dapatkan promosi demi promosi.

Atau Anda bisa masuk ke sektor usaha yg prospektif mendatangkan banyak uang seperti informatika atau finance. Masing2nya membutuhkan spesialisasi dan upaya investasi -waktu, biaya- belajar yg lumayan. Dan harus dipastikan dulu bahwa Anda bisa benar2 menikmatinya.

Atau Anda bisa seriusi hobi Anda untuk temukan cara2 yg bisa beri kemanfaatan bagi orang lain dan jadi ahli di sana. Buka mata dan telinga lebar2, ngobrol2 dg teman, cari2 sapa yg kira2 bisa diajak bisnis bareng. Inget2 apa sih yg bisa dipelajari dari atasan yg bisa diterapkan di luar? Ada ngga kerjaan di perusahaan yg bisa Anda lakukan secara lebih baik dan murah? Ada ngga gagasan luar biasa yg tidak diloloskan oleh pihak manajemen? Akumulasikan apa2 yg Anda tahu, sapa tahu itu bakal berguna.

Bangku Kuliah Dan Dunia Kerja

Musim penerimaan mahasiswa baru (maba) telah tiba. Hampir semua perguruan tinggi (PT), baik negeri maupun swasta, berlomba-lomba menggaet calon maba. Sebagaimana tahun sebelumnya, jurusan ’’favorit’’ seperti kedokteran, keguruan, ekonomi, hukum, dan teknik kebanjiran pendaftar. Sebaliknya, jurusan ilmu sosial dan pertanian sepi peminat.

TINGGINYA animo masyarakat pada jurusan favorit dan ’’siap kerja’’ itu bukan tanpa sebab. Para prang tua tentu tidak ingin anaknya hanya menganggur, selepas lulus kuliah, karena ijazahnya ’’tidak laku’’ untuk mencari kerja.

Mereka menggunakan cara apapun agar anaknya bisa masuk jurusan favorit. Mulai dari menyewa joki saat ujian penerimaan, minta bantuan ’’orang dalam’’ dengan membayar puluhan bahkan ratusan juta, sampai ikut program swadaya atau nonreguler. Pendek kata, orang tua rela mengeluarkan modal yang tak sedikit agar anaknya bisa kuliah, khususnya pada jurusan-jurusan favorit.

Pertanyaannya, apakah dengan masuk jurusan favorit, mereka nantinya bisa langsung bekerja? Langkah apa yang mesti dilakukan para mahasiswa agar bisa sukses setelah lulus kuliah?

Sebenarnya kuliah, termasuk di jurusan favorit, belum tentu menjamin masa depan yang cerah, khususnya dikaitkan dengan orientasi kerja. Pasalnya, setiap tahun terjadi ketimpangan antara jenis keahlian yang ditawarkan perguruan tinggi dan minimnya kesempatan kerja yang ada.

Penyebab mismatch itu bisa bervariasi, dan tergantung dari sudut pandang mana. Jika dilihat dari aspek kurikulum, misalnya, ketimpangan terjadi karena kurikulum yang diterapkan PT sudah ketinggalan zaman, atau tak adaptif dengan dunia kerja.

Ketika dunia kerja meniscayakan tenaga kerja terampil dan berdedikasi tinggi, kurikulum pendidikan tinggi di Indonesia hanya mampu membentuk mahasiswa yang terampil dalam aspek pengetahuan (kognitif) saja.

Akibat kurikulum yang tak adaptif, angka pengangguran dari kalangan sarjana terus meningkat. Berdasarkan data BPS (2007), jumlah sarjana menganggur pada tahun 2004 tercatat 348.000 orang, kemudian naik menjadi 385.418 orang (2005), 673.628 orang (2006), dan 740.206 orang (2007).

Fenomena ini tentu harus disikapi secara jeli dan kreatif, entah dari calon mahasiswa, orang tua, pengelola PT, maupun pemerintah sebagai stakeholder pendidikan bangsa. Yang terpenting, ada beberapa upaya yang mesti mereka lakukan.

Membuka Diri

Pertama, sejak awal mahasiswa harus menyadari bahwa kuliah bukan segalanya. Artinya, mereka harus mau membuka diri, cerdas menyiasati peluang, kreatif mencari kiat, trik, atau ilmu-ilmu praktis yang berguna untuk kehidupan kelak.

Benar bahwa kuliah tidak boleh ditinggalkan. Tetapi tidak ada salahnya jika sekali waktu mahasiswa juga mengikuti berbagai training sumber daya manusia, peningkatan kemampuan finansial, dan kewirausahaan.

Pentingnya mengikuti pelatihan, di samping kuliah, karena fakta di lapangan menunjukkan lulusan PT tidak seluruhnya siap kerja. Hasil studi Blau dan Duncan (1967) di AS, Mark Blaug (1974) di Inggris, dan Cummings (1980) di Indonesia menunjukkan kecenderungan yang tak jauh berbeda antara negara maju dan negara berkembang.

Artinya, pendidikan formal hanya memberi kontribusi lebih kecil terhadap status pekerjaan dan penghasilan, daripada faktor-faktor lain di luar sekolah seperti pelatihan dan pengalaman. Banyak kasus bahwa dunia industri harus melatih mereka terlebih dulu dalam waktu yang relatif lama.

Ketika masih duduk di bangku kuliah, tidak ada salahnya membekali diri dengan berbagai keterampilan. Misal, keterampilan bahasa asing, komputer, finansial, keahlian berkomunikasi, jaringan kerja (networks), dan sebagainya.
Bagi yang mempunyai keterampilan menulis, tidak ada salahnya jika skill itu digunakan untuk menambah penghasilan, sembari menerapkan teori-teori yang didapat dari bangku kuliah.

Singkatnya, semasa kuliah, mahasiswa harus prihatin, kritis, kreatif, dan tidak hanya menjadi ’’anak mama’’, yang rutinitasnya hanya hura-hura dengan uang kiriman, atau asal datang, duduk dan dengar (D3) ketika dosen memberi kuliah.
Ketika menjadi sarjana, mereka harus memanfaatkan ilmu dan kreativitas yang dimiliki, untuk menciptakan lapangan kerja. Langkah kreatif dan mandiri itu akan meningkatkan kredibilitas seorang sarjana, daripada mereka yang tak pernah mengenyam pendidikan.

Jiwa Kewirausahaan

Kedua, dengan memasukkan anak ke perguruan tinggi, bukan berarti orang tua lepas tugas. Sebaliknya, mereka justru harus membekali putra-putrinya dengan semangat dan jiwa kewirausahaan. Pasalnya, semangat dan jiwa itu merupakan modal utama yang akan memberi kontribusi besar bagi kesuksesan hidup anaknya, kelak.

Misalnya di masa liburan, orang tua harus mengarahkan anaknya untuk magang kerja di sektor kerajinan atau industri rumah tangga di sekitar tempat tinggalnya.

Kegiatan magang dimaksudkan agar mahasiswa tidak terputus dari kenyataan kehidupan, terutama dari dunia kerja. Ilmu yang dipelajari di bangku kuliah pun tidak kehilangan referensi dari kehidupan nyata.

Ketiga, para pengelola perguruan tinggi —didukung pemerintah— harus menjalin kerja sama dengan dunia industri/dunia kerja. Dalam kerja sama yang saling menguntungkan, perguruan tinggi bisa membuat kurikulum dan model pembelajaran yang lebih adaptif dengan kebutuhan dunia kerja. Lebih dari itu, mahasiswa bisa diikutkan bekerja atau magang di perusahaan mitra.

Mengenyam pendidikan di bangku kuliah saat ini memang tidak mudah. Tetapi jauh lebih susah memilih PT yang tepat. Maka, orang tua dan calon mahasiswa harus jeli memilih perguruan tinggi, jangan asal masuk saja. Sebelum mendaftar, mereka harus mencermati kualitas PT, akriditasi jurusan, dan peluang kerja dari jurusan itu.

Kejelian ini diperlukan agar ketika lulus nanti, orang tua dan mahasisawa tidak kecewa atau menyesal. Semoga ! (Agus Wibowo, penulis buku ’’Malpraktik Pendidikan’’ (2008), mahasiswa Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta-32)


Dunia Kerja Membutuhkan Individu Kreatif

09 Juni 2009

Laporan oleh: Anton Sumantri

[Unpad.ac.id, 9/06] Setiap individu harus mampu menyesuaikan diri dengan perubahan jaman sehingga mampu memunculkan kompetensi dirinya di tengah persaingan dengan individu lainnya. Keunggulan daya saing itu yang akan menjadi kunci seseorang dalam mengarungi dunia kerja setelah lulus kuliah.

Alumni Unpad berbagi pengalaman tentang dunia kerja (Foto: Tedi Yusup)

Alumni Unpad berbagi pengalaman tentang dunia kerja (Foto: Tedi Yusup)

Demikian salah satu kesimpulan yang mencuat dalam talk show Unpad JobExpo 2009 bertema “Success Story Alumni Unpad” di Grha Sanusi Hardjadinata Selasa (9/11). Talk show yang dipandu oleh Fenny Anggraeni Sofyan, mahasiswi FISIP Unpad yang juga bekerja di TvOne ini mengetengahkan alumni-alumni Unpad yang telah berhasil dalam karir masing-masing sebagai pembicara. Mereka adalah Achirina (PT. Garuda Indonesia), Nina Kurniasih Aziz (Bank Indonesia), dan Erry Riyana Hardjapamekas (Komisaris Utama BNI).

Achirina mengatakan, dalam dunia kerja, setiap orang dituntut untuk selalu memiliki kinerja unggul. “Perubahan akan selalu ada dan kita harus bisa mengikuti perubahan, artinya kita harus selalu terbuka dengan pengetahuan-pengetahuan baru,” ujarnya.

Alumni Akuntansi, FE Unpad angkatan 1976 ini juga menceritakan awal dirinya memulai karir di PT. Garuda Indonesia. “Dulu sewaktu pertama kali saya masuk, saya pikir pembukuan di sana sudah bagus, tapi ternyata masih ada beberapa yang harus saya benahi. Akhirnya dengan berbekal ilmu yang saya dapatkan di perkuliahan, saya berinisiatif untuk memperbaikinya. Di sini terlihat sekali bahwa insiatif, kreativitas dan inovasi sangat dibutuhkan di bidang pekerjaan apapun. Tidak ada yang tidak bisa, yang penting sejauh mana kita menggali potensi diri dan informasi. Jangan cengeng dan satu lagi, integritas paling penting!” jelasnya.

Sementara itu, Nina Kurniasih Aziz mengaku bahwa dirinya belum pernah sama sekali melamar pekerjaan. Pekerjaan yang ia dapatkan di BI sekarang ini adalah buah dari pergaulannya yang luas dan luwes. Ia sendiri mengaku sering sekali mengikuti berbagai kegiatan di kampus. “Pokoknya setia ada kumpul-kumpul di lingkungan kampus Unpad, saya ada di situ. Berbagai kepanitiaan saya jalani. Selain aktif di Unit Hoki Unpad (UHU) dan Atletik, saya juga aktif di salah satu majalah kampus. Tapi saya mempunyai prioritas dan saya commit dengan itu. Pendek kata, saya gaul tapi berkomitmen dengan prioritas, mungkin karena hal itu saya kemudian ditawari bekerja di BI,” ujar alumni Ekonomi Studi Pembangunan, FE Unpad.

Erry Riyana Hardjapamekas mengatakan, terdapat 3 bahasa yang harus dikuasai ketika memasuki abad ke-21. Bahasa tersebut adalah Bahasa Indonesia, bahasa Inggris dan bahasa komputer. “Ketiga bahasa tersebut harus dikuasasi oleh kita semua. Hal itu merupakan sudah menjadi kewajiban yang harus dipenuhi oleh kita,” tuturnya.

Ia juga menambahkan, kelulusan bukanlah akhir, namun gerbang menuju dunia baru yang lebih menantang. “jangan pernah berhenti belajar. Kita harus siap dengan inovasi-inovasi yang muncul, bahkan kita juga harus menciptakan inovasi. Kreativitas harus tetap diasah. Selain itu, kemampuan berhubungan secara interpersonal juga penting. Sebagus apapun inovasi atau pemikiran kita, jika tidak disampaikan dengan baik maka inovasi kita itu bisa saja berujung di tong sampah. Kejujuran juga harus dijunjung tinggi. Jika kita jujur, kita tidak akan merasa memiliki beban dan dipercaya. Hal ini juga berimbas pada kinerja kita” ujarnya.